Selasa, 05 Oktober 2010

Waspada Cuaca Ekstrem Hingga Februari 2011

Perubahan iklim dan cuaca ekstrem menjadi agenda utama pada rapat koordinasi di Kementerian Kesejahteraan Rakyat, Senin 4 Oktober 2010. Menko Kesra Agung Laksono bahkan berencana akan mengundang bupati dan walikota berkoordinasi mengantisipasi cuaca ekstrem.

“Setiap kabupaten harus memiliki stok khusus mengantisipasi rawan pangan sejumlah 100 ton,” kata Agung Laksono, Senin 4 Oktober 2010.  Untuk itu, daerah diharapkan berkoordinasi dengan pemerintah pusat. Masyarakat juga diimbau lebih jeli melihat informasi cuaca jika bermaksud bepergian.

Selain menimbulkan wabah penyakit, dan gangguan kesehatan, cuaca ekstrem mengancam produktivitas petani. "Dampaknya telah dirasakan oleh para petani berupa perubahan pola tanam dan gagal panen, serta para nelayan yang tidak berani melaut akibat kondisi cuaca tidak menentu,” jelas Agung Laksono.



Jika tak diantisipasi, akibatnya akan fatal. Antara lain, Agung menambahkan bisa menimbulkan kerawanan sosial. "Maka waspadai cuaca ekstrem sampai Januari-Februari 2011,” ujar Agung.

Timbulnya cuaca ekstrem yang melanda Indonesia, menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Sri Woro Buadiati Harijono, disebabkan sejumlah faktor.  “Penyebab utamanya adalah adanya ekspansi vertikal awan, curah hujan meningkat, peluang puting beliung meningkat,” ujar dia usai mengikuti rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Kesra.

Bahkan, Woro menambahkan, tiga puting beliung terjadi berturut-turut di Indonesia. “Indonesia memang bukan daerah angin siklon, tapi kita dapat ekornya,” jelas dia.

Selain itu, tambah Woro, yang juga perlu diwaspadai adalah fenomena La Nina sampai Februari 2011. Pemanasan temperatur laut terjadi hingga Januari 2011, akibat adanya aliran mata air dari Afrika ke Indonesia. “Kemungkinan baru akan reda pada Januari-Februari 2011,” ujar Woro.

Dia menambahkan, dampak cuaca ekstrem pasti akan dirasakan, dan adaptasi atas perubahan cuaca itu adalah keharusan. Terutama, ujar Woro, membantu petani supaya panennya tidak gagal sehingga siap dengan jadwal tanam.

Di sektor perhubungan, informasi BMKG penting diperhatikan terkait  maklumat pelayaran. "Ramalan cuaca ekstrem berpotensi banjir dan gelombang tinggi laut,” Woro menambahkan. Kepada para nelayan, BMKG mengimbau jangan dulu melaut pada saat cuaca ekstrem.

La Nina dan Puting Beliung

Dunia pelayaran diminta waspada cuaca ekstrem. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Dirjen Hubla) mengeluarkan edaran yang meminta pelaku pelayaran menunda pelayaran jika mendapati cuaca tidak menentu.

Surat edaran tersebut diantaranya ditujukan kepada nahkoda kapal agar berlindung ke pulau terdekat jika tiba-tiba cuaca berubah ekstrem. Selain itu, nahkoda harus saling memberikan informasi terkait cuaca yang sedang terjadi dalam pelayaran, termasuk Syahbandar dan Administrator Pelabuhan (Adpel) setempat.

Humas Adpel Tanjung Perak, Wahid, mengatakan, Syahbandar dan jasa pelayaran diimbau menunggu informasi BMKG terkait perubahan cuaca. “Kapal penumpang jasa pelayaran harus memperhatikan sarana dan prasarana keselamatan dan keamanan penumpang. Diantaranya, penyediaan sekoci yang harus disesuaikan dengan jumlah penumpang serta mengecek ulang piranti komunikasi,” tegas dia.

Secara terpisah, Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Tanjung Perak Surabaya Effendi mengungkapkan, bisa jadi secara tiba-tiba angin berhembus menjadi kencang.

Terbentuknya awan Culumunimbus juga akan memicu kecepatan angin lebih kencang, dan tidak terkontrol. “Ini bukan menakut-nakuti, tapi prakiraan yang kami observasi ada kecenderungan munculnya angin puting beliung dan La Nina,” kata Effendi.

Prediksi itu juga menyebutkan kecenderungan angin berhembus kencang diselingi gelombang tinggi terjadi di Laut Jawa, Laut Flores dan Samudera Indonesia bagian selatan Jawa Timur.

Di Laut Jawa ketinggian gelombang bisa mencapai antara 1 – 3,5 meter. Sementara di Laut Flores gelombangnya bisa mencapai 1,5 – 4 meter. Angin dengan kecepatan 10 – 50 km per jam berpeluang terjadi di kawasan Samudera Indonesia bagian selatan Jawa Timur.

Di sektor pertanian, dampak cuaca buruk itu sudah awal terasa. Lebih dari 2.000 hektare tanaman tembakau mengalami gagal panen di Sampang, Madura. Hujan deras yang kerap turun beberapa bulan terakhir membuat daun tembakau rusak. Di Probolinggo, kualitas kopi turun gara-gara hujan. Harganya ikut anjlok, 40-55 persen.

Transisi cuaca di Jakarta

Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kukuh Ribudiyanto tingginya curah hujan di ibu kota, Jakarta baru memasuki masa transisi.
Ini disebabkan penyimpangan atau anomali pada Juli dan Agustus – yang seharusnya musim kemarau, justru malah banyak hujan. Masa transisi dengan curah hujan tinggi ini akan berakhir hingga Oktober dan awal November. Setelah itu baru masuk musim penghujan.

"Penyebab anomali itu karena ada fenomena La Nina, adanya uap air dari Pasifik Tengah ke arah barat, termasuk ke Indonesia," kata Kukuh, saat dihubungi VIVAnews.com, Selasa 28 September 2010.

Musim hujan di Jakarta sendiri diprakirakan terjadi setelah November sampai Januari 2011. Hingga Januari nanti, kata Kukuh, fenomena La Nina masih akan terus berlangsung. "Di musim hujan nanti, curah hujan akan meningkat dari biasanya, atau di atas normal," jelas dia.

Kukuh berpesan kepada masyarakat Jakarta pada khususnya untuk mewaspadai banyaknya petir yang menyambar. "Waspada pula terhadap angin kencang dan hujan yang deras walaupun durasinya pendek. Bagi yang langganan banjir, harap waspada," imbaunya.

Tak hanya di Indonesia

Badan Kelautan dan Atmosfer Amerika Serikat atau US National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengatakan, fenomena La Nina menguat di Bulan Agustus 2010.  Hasil pemantauan badan itu menyebutkan permukaan laut mendingin sekitar 1,3 sampai 1,8 derajat Celcius. Dari model cuaca, diramalkan La Nina akan bertahan setidaknya sampai awal 2011.

Cuaca dingin yang panjang juga akan berpengaruh pada lingkungan global. "Pendinginan permukaan laut akan mempengaruhi curah hujan tropis Samudera Pasifik dari Indonesia ke Amerika Selatan", ujar Gerry Bell, ilmuwan iklim NOAA di Pusat Prakiraan Iklim di Camp Springs, Maryland, seperti dimuat situs Nature News.

Beberapa tempat, seperti Australia Utara akan lebih basah dari rata-rata musim. "Perubahan begitu besar, sehingga juga mempengaruhi angin," tambah Bell.

Sumber: www.vivanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar