Ende, ibu kota Kabupaten Ende di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis, 2 September 2010, sekitar pukul 11.30 Wita diguncang gempa berkekuatan 5,0 skala Richter (SR).
Akibat guncangan tersebut, warga di kota pengasingan Bung Karno semasa penjajahan itu berhamburan keluar rumah, demikian pun halnya dengan para pegawai setempat.
Ketua DPRD Ende, Marsel Petu, dan sejumlah anggota dewan maupun karyawan di Sekretariat DPRD Ende terlihat bergegas keluar dari gedung itu untuk menyelamatkan diri.
Mereka memilih berdiri di halaman terbuka gedung dewan dan berusaha untuk menghidar dari bangunan tersebut.
Marsel Petu mengaku merasakan getaran yang cukup keras dari dalam ruangan, sehingga langsung mengambil posisi lari keluar ruangan.
"Ada dua kali guncangan. Guncangan pertama belum begitu terasa, namun pada saat guncangan lanjutan sangat terasa sehingga kami semua berhamburan keluar gedung DPRD," katanya melukiskan kejadian itu.
Guncangan gempa tersebut membuat gedung DPRD Ende mengalami keretakan di bagian belakang. Belum diketahui dengan bangunan-bangunan lainnya serta korban jiwa yang diakibatkan dari gempa tersebut.
Seorang pegawai berlari menghampiri ketua DPRD dan anggota DPRD lainnya seraya menyampaikan bahwa bagian belakang gedung itu mengalami keretakan.
"Coba lihat saja dinding dekat kamar mandi itu, banyak yang retak," ujar Yos Boli, seorang sopir di sekretariat DPRD Ende.
Data yang diperoleh dari petugas BMKG Kupang menyebutkan, gempa berkekuatan 5,0 SR itu terjadi sekitar pukul 10:38:24 WIB, berpusat di kedalaman 10 kilometer atau sekitar 51 kilometer timur laut Ende.
Ende dan beberapa kota lainnya di Pulau Flores, seperti Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, pernah diguncang gempa dahsyat berkekuatan 6,7 SR yang mengakibatkan lebih dari 1.000 meninggal dunia pada saat itu.
Sumber: www.antaranews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar